Syi'ah dan Mu'tazilah
A. Mu’tazilah
1. Sejarah Munculnya Aliran Mu’tazilah
Sejarah munculnya aliran Mu'tazilah muncul di kota Bashrah (Iraq) pada abad ke 2 Hijriyah, tahun 105 – 110 H, tepatnya pada masa pemerintahan khalifah Abdul Malik Bin Marwan dan khalifah Hisyam Bin Abdul Malik. Pelopornya adalah seorang penduduk Bashrah mantan murid Al-Hasan Al-Bashri yang bernama Washil bin Atha' Al-Makhzumi Al-Ghozzal yang lahir di Madinah tahun 700 M, kemunculan ini adalah karena Wasil bin Atha' berpendapat bahwa muslim berdosa besar bukan mukmin dan bukan kafir yang berarti ia fasik. Imam Hasan al Bashri berpendapat mukmin berdosa besar masih berstatus mukmin. Secara harfiah kata Mu'tazilah berasal dari I'tazala yang berarti berpisah atau memisahkan diri, yang berarti juga menjauh atau menjauhkan diri, Mu'tazilah, secara etimologis bermakna orang-orang yang memisahkan diri.
2.Adapun doktrin-doktrin Aliran Mu’tazilah ada lima yang disebut dengan Al- Usul Al-Khomsah atau pancasila Mu’tazilah yaitu :
- At-Tauhid (ke-Esaan)
At-tauhid (pengesaan Tuhan) merupakan prinsip utama dan intisari ajaran mu'tazilah.
- Al – ‘Adl (keadilan Tuhan)
Ajaran dasar Mu'tazilah yang kedua adalah al-adl, yang berarti Tuhan Maha Adil. Adil ini merupakan sifat yang paling gamblang untuk menunjukkan kesempurnaan, karena Tuhan Maha sempurna dia pasti adil.
- Al-Wa’ad wa al-Wa’id (Janji dan ancaman)
Ajaran ini berisi tentang janji dan ancaman. Tuhan yang Maha Adil tidakakan melanggar janjinya dan perbuatan Tuhan terikat dan di batasi oleh janjinya sendiri.
- Al-Manzilah bain Al-Manzilatain(tempat diantara kedua tempat)
Inilah ajaran yang mula-mula menyebabkan lahirnya mazhab mu'tazilah. Ajaran ini terkenal dengan status orang mukmin yang melakukan dosa besar.
- Al Amr bi Al Ma’ruf wa Al Nahi an Al Munkar (Menyuruh kebaikan dan melarang keburukan)
Ajaran ini menekankan keberpihakan kepada kebenaran dan kebaikan. Ini merupakan konsekuensi logis dari keimananan seseorang.
3. Tokoh tokoh ulama muktazilah
- Wasil bin Atha
- Abu Huzail al-Allaf
- Al-Jubba’i
- Al- jahiz
- Mu’ammar bin Abbad
- Bisyr al-Mu’tamir
- Abu Musa al-Mudrar
4. Perkembangan Aliran Mu’tazillah
sebagai aliran teologi disisi lain secara umum, aliran Mu'tazilah melewati dua fase yang berbeda. Fase Abbasiyah(100 H - 237 M) dan fase Bani Buwaihi (334 H). Generasi pertama mereka hidup di bawah pemerintahan Bani Umayah untuk waktu yang tidak terlalu lama. Kemudian memenuhi zaman awal Daulah Abbasiyah dengan aktivitas, gerak, teori, diskusi dan pembelaan terhadap agama, dalam suasana yang dipenuhi oleh pemikiran baru. Dimulai di Basrah. Kemudian di sini berdiri cabang sampai ke Baghdad. Orang-orang Mu'tazilah Basrah bersikap hati-hati dalam menghadapi masalah politik, tetapi kelompok Mu'tazilah Baghdad justru terlibat jauh dalam politik. Mereka ambil bagian dalam menyulut dan mengobarkan api inquisisi bahwa “Al Qur'an adalah makhluk”. Memang pada awalnya Mu'tazilah menghabiskan waktu sekitar dua abad untuk tidak mendukung sikap bermazhab, mengutamakan sikap netral dalam pendapat dan tindakan. Konon ini merupakan salah satu sebab mengapa mereka disebut Mu'tazilah. Mu'tazilah tidak mengisolir diri dalam menanggapi problematika imamah sebagai sumber perpecahan pertama- tetapi mengambil sikap tengah dengan mengajukan teori “al manzilah bainal manzilatain”. Akan tetapi di bawah tekanan Asy'ariah nampaknya mereka berlindung kepada Bani Buwaihi.13 Golongan pertama, (disebut Mu'tazilah I) muncul sebagai respon politik murni. Golongan ini tumbuh sebahai kaum netral politik, khususnya dalam arti bersikap lunak dalam menangani pertentangan antara Ali bin Abi Thalib dan lawan-lawannya, terutama Muawiyah, Aisyah, dan Abdullah bin Zubair golongan inilah yang mula-mula disebut kaum Mu'tazilah karena mereka menjauhkan diri dari pertikaian masalah khilafah. Kelompok ini bersifat netral politik tanpa stigma teologis seperti yang ada pada kaum Mu'tazilah yang tumbuh dikemudian hari. Golongan kedua, (disebut Mu'tazilah II) muncul sebagai respon persoalan teologis yang berkembang di kalangan Khawarij dan Mur'jiah akibat adanya peristiwa tahkim. Golongan ini muncul karena mereka berbeda pendapat dengan golongan Khawarij dan Mur'jiah tentang pemberian status kafir kepada yang berbuat dosa besar. Mu'tazilah II inilah yang dikaji dalam bab ini yang sejarah kemunculannya memiliki banyak versi. Kaum Mu'tazilah sudah tidak ada lagi. Mereka mendapat tantangan keras dari umat Islam lain setelah mereka berusaha diabad ke Sembilan untuk memaksa faham-faham mereka dengan kekerasan pada umat Islam yang ada pada waktu itu. Pemikiran rasionil Mu'tazilah dan sikap kekerasan mereka, membawa pada lahirnya aliran-aliran teologi lain dalam Islam. Aliran-aliran itu timbul untuk menjadi tantangan bagi aliran yang bercorak rasionil dan liberal tersebut.
B. SYI'AH
1. Pengertian dan Sejarah Munculnya Syi'ah
Munculnya Syi’ah dalam beberapa pendapat di kalangan para ahli ilmu kalam memang terdapat sedikit perbedaan. Namun dari sekian pendapat-pendapat yang disampaikan secara garis besar akan mengarah pada satu kesamaan tentang bagaimana golongan Syi’ah ini muncul. Syi’ah berarti pengikut (pendukung paham). Dipakai kata ini untuk satu orang, dua orang atau banyak orang, baik lelaki atapun perempuan. Kemudian kata ini dipakai secara khusus untuk orang yang mengangkat Ali dan keluarganya untuk menjadi khalifah dan berpendapat bahwa Ali dan keluargaya yang berhak menjadi khalifah.
2. Adapun doktrin-doktrin Aliran Syi'ah ada 5 yaitu :
- At tauhid
Kaum Syi’ah meyakini baha Allah SWT itu Esa, tempat bergantung semua makhluk, tidak beranak dan tidak diperanakan dan tidak serupa dengan makhluk yang ada di bumi.
- Al ‘adl
Kaum Syi’ah memiliki keyakinan bahwa Allah memiliki sifat Maha Adil.
- An Nubuwwah
Kepercayaan kaum Syi’ah terhadap keberadaan Nabi juga tidak berbeda halnya dengan kaum muslimin yang lain. Menurut mereka Allah mengutus nabi dan rosul untuk membimbing umat manusia.
- Al Imamah
Bagi kaum Syiah imamah berarti kepemimpinan dalam urusan agama dan dunia. Menurut mereka yang berhak menjadi pemimpin umat hanyalah imam dan itu hanya ada pada keturunan Nabi Muhammad.
- Al Ma’ad
Secara harfiah al ma’ad yaitu tempat kembali (akhirat). Kaum Syi’ah percaya sepenuhnya bahwa hari akhirat itu pasti terjadi.
Namun pokok-pokok paham mereka dapat disimpulkan:
1. Hak kekhalifahan sesudah Rasulullah adalah Ali bin Abi Thalib, karena itu kekhaifahan Abu Bakar, Umar dan Utsman bukan hak mereka.
2. Khalifah dalam istilah mereka imam yang harus ditunjuk oleh Nabi.
3. Imam adlah Ma’sum, tidak berdosa dan tidak boleh diganggu gugat.
Wallahu a'lam bissawaab.
Klaten, 25 November 2020, 21:03 WIB
Komentar
Posting Komentar